Jumat, 15 Februari 2013

Pentingnya Supervisi Pendidikan Di Sekolah Dasar



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Supervisi pendidikan adalah segenap bantuan yang diberikan oleh seseorang dalam mengembangkan situasi belajar mengajar di sekolah ke arah yang lebih baik. Supervisi meliputi segenap aktivitas yang dirancang untuk mengembangkan pembelajaran pada semua tingkatan organisasi sekolah. Supervisi pendidikan mempunyai tujuan untuk memperkembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik. Usaha ke arah perbaikan belajar dan mengajar yang ditujukan kepada pencapaian tujuan akhir dari pendidikan. Strategi dasar supervisi pendidikan itu terletak pada bagaimana mengajar yang baik di sekolah dan bagaimana seorang guru bisa membuat strategi belajar yang menyenangkan. Sebagai seorang supervisor pendidikan harus mampu menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga guru-guru merasa aman dan bebas, dalam mengembangkan potensi dan daya kreasi mereka dengan penuh tanggungjawab. Sedangkan sasaran supervisi itu terletak pada bagaimana usaha situasi belajar yang baik. Oleh karena itu, supervisor sangat dibutuhkan untuk mengatur supervisi pendidikan yang ada di dalam sekolah dan mampu membuat program pembelajaran yang baik di sekolah
B.  Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan supervisi pendidikan?
2.      Bagaimana supervisor menerapkan tujuan dan fungsi supervisi pendidikan di sekolah dasar?
3.      Bagaimana cara menerapkan prinsip dan teknik supervisi pendidikan?
4.      Bagaimana cara supervisor memberikan strategi belajar pada supervisi pendidikan sekolah dasar?
6.      Apakah peranaan supervisi dan supervisor dalam sekolah dasar? Bagaimana cara supervisor memberikan sasaran supervisi pendidikan di sekolah dasar?
7.      Apakah kegiatan yang dilakukan supervisor di sekolah?
8.      Bagaimana cara supervisor mengelompokkan kemampuan guru sekolah dasar?
9.      Bagaimana cara supervisor menilai potret guru yang baik di sekolah dasar?
10.  Bagaimana cara mengatasi masalah guru sekolah dasar.
11.  Apakah maksud dari supervisi sebagai alat pembinaan dan pengembangan guru?

C.  Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui tentang supervisi pendidikan.
2.      Untuk mengetahui dan memahami tujuan dan fungsi supervisi pendidikan di sekolah dasar.
3.      Untuk mengetahui dan memahami tentang prinsip dan teknik supervisi pendidikan.
4.      Untuk mengetahui dan memahami cara supervisor memberikan strategi belajar pada supervisi pendidikan sekolah dasar.
5.       Untuk mengetahui dan memahami peranan supervisi dan supervisor dalam sekolah dasar.
6.      Untuk memgetahui dan memahami tentang sasaran supervisi pendidikan  di sekolah dasar.
7.      Untuk mengetahui dan memahami kegiatan yang dilakukan supervisor di sekolah.
8.      Untuk mengetahui dan memahami kemampuan guru sekolah dasar.
9.      Untuk mengetaui dan memahami potret guru yang baik di sekolah dasar.
10.  Untuk mengetahui cara mengatasi masalah guru sekolah dasar.
11.  Untuk mengetahui dan memahami maksud dari supervisi sebagai alat pembinaan dan pengembangan guru di sekolah dasar.




BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pengertian

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan menurut Indrakusuma Amir Daien (1973:27) pendidikan adalah suatu usaha yang sadar, teratur dan sistematis yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Serta bantuan yang diberikan dengan sengaja kepada anak dalam pertumbuhan jasmani dan rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa.
Supervisi adalah adalah apa yang dikerjakan personil sekolah dengan orang-orang dan barang-barang untuk penjagaan atau pengubahan pelaksanaan sekolah agar dapat mempengaruhi langsung pencapaian tujuan pokok pengajaran sekolah. Sedangkan menurut Marks, Stoops dan King Stoops supervisi adalah tindakan dan percobaan yang ditujukan untuk penyempurnaan pengajaran dan program pengajaran (Wijono, 1989: 179).  
Supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan, perkembangan perkembangan guru-guru, merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran, metode mengajar dan evaluasi pengajaran.
Dalam kamus Dictionary of Education (Good, 1973) istilah supervisi pendidikan diberi batasan sebagai segenap usaha dari para pengelola atau pimpinan sekolah dalam upaya memimpin guru-guru dan petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, seleksi, pertumbuhan jabatan dan pengembangan guru-guru serta memperbaiki tujuan-tujuan pendidikan bahan-bahan pengajaran, metode dan evaluasi pengajaran.
Supervisi pendidikan adalah segenap bantuan yang diberikan oleh seseorang dalam mengembangkan situasi belajar mengajar di sekolah ke arah yang lebih baik. Supervisi meliputi segenap aktivitas yang dirancang untuk mengembangkan pembelajaran pada semua tingkatan organisasi sekolah                ( Burhanuddin, 2007: 1).
B. Tujuan Supervisi Pendidikan
            Tujuan supervisi ialah memperkembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik. Usaha ke arah perbaikan belajar dan mengajar yang ditujukan kepada pencapaian tujuan akhir dari pendidikan yaitu pembentukan pribadi anak secara maksimal. Sedangkan secara operasional dapat dikemukakan beberapa tujuan konkrit dari supervisi pendidikan yaitu:
1.      Membantu guru-guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan.
2.      Membantu guru-guru dalam membimbing pengalaman belajar murid-murid.
3.      Membantu guru-guru dalam menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar.
4.      Membantu guru-guru dalam menggunakan metode-metode dan alat-alat pelajaran modern.
5.      Membantu guru-guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid-murid.
6.      Membantu guru-guru dalam hal menilai kemajuan murid-murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri.
7.      Membantu guru-guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru-guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka.
8.      Membantu guru-guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya.
9.      Membantu guru-guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber masyarakat.
10.  Membantu guru-guru agar waktu dan tenaga guru tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolah.

C.  Fungsi Supervisi Pendidikan
            Fungsi supervisi ialah tugas aktif dari kegiatan supervisi yang dilakukan oleh orang yang berfungsi sebagai supervisor.  Supervisor itu diantarannya seorang penilik SD, pengawas SMP, kepala sekolah atau guru biasa yang memberikan bantuan untuk anggota staf lain dalam rangka meningkatkan kualitas pekerjaan mendidik dan mengajar. Menurut briggs fungsi supervisi ialah mengkoordinir, menstimuler dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru. Sedangkan menurut Swearingen fungsi supervisi ada 8 diantaranya:
1.    Mengkoordinir Semua Usaha Sekolah
Perkembangan sekolah yang semakin luas menyebabkan usaha-usaha sekolah yang semakin menyebar. Oleh karena itu perlu adanya koordinasi yang baik terhadap semua usaha sekolah. Yang dimaksud dengan usaha-usaha sekolah misalnya:
a.     Usaha tiap guru
Ada beberapa guru yang mengajar suatu mata pelajaran yang sama dan tiap guru ingin mengemukakan ide dan caranya kearah perbaikan pengajaran. Usaha-usaha perseorangan itu perlu dikoordinir.
b.    Usaha-usaha sekolah
     Seorang supervisor berfungsi pada beberapa sekolah atau kelas dengan cara menyusun program sekolah, menentukan kebijakan masing-masing sekolah dan menetapkan tujuan-tujuan sekolah yang semuanya itu perlu ada koordinasi yang baik.
c.    Usaha-usaha pertumbuhan jabatan
Setiap guru ingin tumbuh dalam jabatannya melalui in-service training, extersion course dan workshop bagi guru-guru. Semua usaha itu dapat berjalan dengan lancar apabila dikoordinir secara baik.
1.    Melengkapi Kepemimpinan Sekolah
Dalam masyarakat yang demokratis kepemimpinan yang demokratis memegang peranan penting. Kepemimpinan (leadership) dipandang sebagai suatu keterampilan (skill). Keterampilan memerlukan latihan. Jadi fungsi supervisi yaitu melatih dan memperlengkapi guru-guru agar mereka memiliki keterampilan dalam kepemimpinan sekolah.
2.    Memperluas Pengalaman guru-guru
Perluasan pengalaman terdapat pada sifat hakiki manusia. Manusia selalu ingin mencapai kemampuan yang semaksimal mungkin. Seorang pemimpin dapat berfungsi sebagai pemimpin pendidikan, apabila ia dapat membantu memberi pengalaman-pengalaman baru kepada anggota-anggota staf sekolah, sehingga anggota staf semakin hari semakin bertambah pengalaman dan hal belajarnya.
3.    Menstimulir Usaha-usaha yang Kreatif
Perlunya usaha-usaha kreatif bersumber pada pandangan tentang manusia, ada yang beranggapan bahwa pada manusia selalu ada dorongan untuk “ mencipta” dan bertanggung jawab atas segala hasil yang diperolehnya. Demikian juga halnya dengan seorang supervisor wajib bertanya pada dirinya bagaimana ia dapat membantu, mendorong, mengembangkan kreatifitas anak-anak atau orang yang dipimpinnya dan ia sendiri. Kemampuan untuk menstimulir segala daya kreasi itu, merupakan salah satu fungsi utama supervisi.
4.    Memberikan Fasilitas dan Penilaian yang Kontinyu
Perubahan membutuhkan kemungkinan baru dan untuk mencapai kemajuan lebih lanjut, perlu ada penilaian yang efektif. Penilaian terhadap semua usaha misalnya, memiliki bahan-bahan pengajaran, buku-buku pengajaran, perpustakaan, cara mengajar, kemajuan murid-muridnya harus bersifat menyeluruh dan kontinyu. Juga penilaian terhadap seluruh program sekolah. Penilaian yang teratur terhadap setiap usaha sekolah merupakan salah satu fungsi utama dari supervisi pendidikan.
5.    Menganalisa Situasi Belajar
Tujuan supervisi yaitu memperbaiki situasi belajar mengajar. Yang dimaksud dengan situasi belajar mengajar yaitu situasi dimana semua faktor yang memberi kemungkinan bagi guru dalam member pengalaman belajar kepada murid untuk mencapai tujuan pendidikan.
6.    Memberikan Pengetahuan dan Keterampilan (skill) Pada Setiap Anggota Staf
Supervisi berfungsi memberi stimulir dan membantu guru agar mereka memperkembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengajar. Latihan dan bantuan yang diberikan pada setiap guru membutuhkan bantuan dan dorongan orang lain untuk memperoleh pengetahuan baru. Dengan menambah pengetahuan baru dan latihan-latihan untuk mendapatkan keterampilan ini adalah suatu fungsi supervisi pendidikan.
7.    Mengintegrasikan Tujuan Pendidikan dan Membantu Meningkatkan Kemampuan Mengajar guru-guru
Dasar mengintegrasikan tujuan dan kemampuan seseorang terletak dalam aspek psikologis dari sifat manusia. Untuk mencapai suatu tujuan harus mengukur dahulu kemampuan yang ada pada diri kita, apakah dengan kemampuan yang ada, tujuan yang dikejar dapat dicapai. Fungsi supervisi ialah membantu setiap individu, maupun kelompok agar sadar akan nilai-nilai yang akan dicapai itu memungkinkan penyadaran akan kemampuan diri sendiri.    
D. Tata Cara Pelaksanaan Supervisi Pendidikan
a.    Supervisi hendaknya dilaksanakan dengan persiapan dan perencanaan yang sistematis.
b.    Supervisor hendaknya memberitahukan kepada orang-orang yang bersangkutan tentang rencana supervisinya.
c.    Agar memperoleh data yang lengkap, supervisor hendaknya jangan menggunakan satu macam teknik, melainkan beberapa macam teknik, seperti wawancara, observasi sekolah, kunjungan kelas, dan sebagainya.
d.   Laporan hasil supervisi hendaknya dibuat rangkap, satu lembar untuk pejabat yang akan diberi laporan dan satu lembar lagi untuk sekolah yang di supervisi.
e.    Penilaian dalam supervisi hendaknya dituangkan dalam format-format, seperti checklist. 
f.     Penilaian masing-masing komponen atau kegiatan yang dititikberatkan dari beberapa aspeknya, agar dicari nilai rata-ratanya.
g.    Kemudian berdasarkan nilai semua komponen, dibuat rekapitulasi dari seluruh hasil penilaian mengenai sekolah yang bersangkutan
(Burhanuddin, 1998 :104).
E. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan
            Agar supervisi dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien maka perlu adanya prinsip-prinsip supervisi sebagai berikut:
1.      Praktis, yaitu dapat dikerjakan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
2.      Fungsional, yaitu supervisi dapat berfungsi sebagai sumber informasi bagi pengembangan manajemen pendidikan dan peningkatan proses belajar mengajar.
3.      Relevansi, artinya pelaksanaan supervisi seharusnya sesuai dan menunjang pelaksanaan yang berlaku.
4.      Ilmiah, artinya supervisi dapat dilaksanakan secara:
·         Sistematis, terprogram dan berkesinambungan.
·         Objektif, bebas dari prasangka.
·         Menggunakan prosedur dan instrumen yang sah dan terandalkan (valid dan reliable).
·         Didasarkan pada pendekatan sistem.
5.      Demokrasi, apabila supervisi sesuai dengan prinsip demokrasi maka proses yang ditempuh untuk pengambilan keputusan ialah melalui musyawaran untuk mencapai mufakat. Hikmat musyawarah akan dicapai bila semua peserta yang terlibat dalam proses supervisi itu memiliki jiwa dan semangat kekeluargaan, sehingga sanggup menerima dan menghormati pendapat orang lain.
6.         Kooperatif,  prinsip kooperatif mengharuskan adanya semangat kerja yang sama antar supervisor dengan supervisi (guru). Hasil karya manusia dapat dicapai seoptimal mungkin apabila terjalin kerja sama yang baik antara manusia-manusia yang terlibat dalam suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan bersama, khususnya untuk peningkatan kualitas tenaga kependidikan yang profesional.
7.      Konstuktif dan kreatif, supervisi yang didasarkan atas prinsip konstuktif dan kreatif akan mendorong kepada orang yang dibimbingnya untuk memperbaiki kelemahan atau kekurangannya serta secara kreatif berusaha meningkatkan prestasi kerjanya. Meskipun supervisi itu bersifat mengawasi pelaksanaan program pendidikan dan pengajaran, tidak berarti supervisor berusaha untuk mencari-cri kesalahan orang lain, seperti yang dilakukan supervisor yang bersikap otoriter.
F. Teknik-teknik Supervisi Pendidikan
Teknik supervisi yang dapat dipergunakan dalam meningkatkan kemampuan personil sekolah, yaitu:
1.    Kunjungan sekolah (kunjungan supervisi), dilakukan oleh kepala sekolah atau pengawas atau penilik. Teknik ini merupakan teknik yang paling sering dipakai untuk mengamati proses kerja, alat yang dipakai, metode yang digunakan, dan sebagainya. hasil oservasi dianalisis kemudian didiskusikan dengan guru, serta disusun program yang baik untuk memperbaiki proses belajar mengajar. Kunjungan kelas sebaiknya dipersiapkan secara cermat dan dilaksanakan dengan hati-hati.
2.    Pembicaraan individual, merupakan teknik supervisi yang efektif  karena memberi kesempatan seluas-luasnya bagi kepala sekolah atau pengawas atau penilik untuk berbicara langsung dengan guru tentang masalah yang berkaitan dengan professional pribadi mereka. Masalah-masalah itu banyak ragamnya, ada yang berkaitan dengan pengajaran, segala sesuatu yang dibutuhkan guru, pemilihan, dan penggunaan alat peraga.
3.    Diskusi kelompok, merupakan suatu kegiatan kelompok dalam situasi tatap muka, bertukar informasi atau untuk memutuskan suatu keputusan tentang masalah tertentu. Dalam diskusi kelompok sebaiknya tidak mempersoalkan kesulitan yang bersifat pribadi, melainkan membina kerjasama antara guru-guru agar lebih mengisi, saling membantu dalam usaha meningkatkan kemampuan mereka.
4.    Demonstrasi mengajar, rencana demonstrasi sebaiknya disusun secara teliti dan mengutamakan penekanan yang dianggap penting. Setelah dilakukan demonstrasi diadakan diskusi tentang aspek yang ditekankan dan permasalahan yang ada.
5.    Kunjungan kelas antar guru, kunjungan kelas antar guru biasanya lebih efektif dan disukai karena menciptakan keakraban antara sesama guru. Hasil observasi sebaiknya digunakan untuk menilai aktivitas sendiri. Agar lebih berdaya guna perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a.       Sebelum kunjungan dilakukan, terlebih dahulu menyusun tujuan dan hal-hal yang akan di observasi.
b.      Memberikan seluas-luasnya kesempatan pada guru baru yang kurang berpengalaman untuk mengadakan kunjungan kelas.
c.       Memberitahukan lebih dahulu sebelum melakukan kunjungan kepada guru yang akan dikunjungi.
d.      Membuat catatan yang sesuai dengan tujuan kunjungan.
e.       Mendiskusikan hasil kunjungan dengan guru kelas yang dikunjungi dan kepada sesama guru lainnya.
6.    Lokakarya, merupakan suatu kesempatan untuk bekerja sama, mempertemukan ide-ide,  mendiskusikan masalah bersama atau meningkatkan kemampuan pribadi guru dalam bidang profesi masing-masing.
7.    Orientasi pada situasi baru, sebelum melaksanakan tugasnya pada lingkungan baru, guru perlu diberi kesempatan untuk beradaptasi terhadap lingkungan dan tugas baru. Orientasi pada saat awal kerja akan menimbulkan rasa senang dan tenang, selain karena merasa diterima juga dapat mengerti tuntutan yang ada sehingga dapat mengadakan penyesuaian diri secara tepat dan cepat.
Orientasi itu mencakup beberapa aspek diantaranya:
a.       Orientasi personil, yaitu menjelaskan tugas setiap orang dari tingkat yang terendah sampai tertinggi, baik di dalam maupun di luar lembaga. Orientasi ini ditujukan untuk memberikan penjelasan kepada guru baru sekaligus memberi kesempatan kepada mereka untuk meminta petunjuk, saran, bantuan, dan lain-lain sesuai dengan tugasnya di lingkungannya yang baru.
b.      Orientasi terhadap program, menjelaskan rencana dan kegiatan yang berkenaan dengan lingkungan organisasi. Orientasi ini ditujukan juga untuk menunjukkan peran serta yang diharapkan dari guru baru dalam proses administrasi pendidikan di sekolah.
c.       Orientasi terhadap fasilitas, menjelaskan fasilitas yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan efisiensi pekerjaan, terutama yang berhubungan dengan tugas baru guru itu, misalnya mengenai alat peraga, olahraga, dan prosedur mempergunakannya di sekolah.
d.      Orientasi lingkungan, memperkenalkan situasi dan kondisi yang ada di sekitar sekolah yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan sekolah, misalnya memperkenalkan guru kepada petugas administrasi baik secara formal maupun informal, memperlihatkan berbagai aktivitas masyarakat terutama yang berhubungan dengan program sekolah atau memperkenalkannya dengan tokoh masyarakat dan lain-lain.
G. Strategi Dasar Supervisi Pendidikan
Pada hakekatnya inti bahasan supervisi terletak pada perbaikan hal belajar mengajar di sekolah. Secara strategis pertanyaan yang timbul, ialah apa konsep kita tentang belajar. Siapa sebenarnya yang belajar. Yang belajar adalah manusia. Karena yang belajar adalah manusia maka kita harus menguasai konsep belajar manusia itu. Jadi kita harus menguasai psikologis manusia. Dalam bukunya “Development Supervision”, Glickman mengemukakan tiga macam konsep psikologi yaitu:
1.      Ilmu jiwa behaviorisme, melihat belajar sebagai suatu kondisi dimana individu yang mendapat rangsangan dari luar. Belajar adalah tiruan dan latihan tingkah laku sehingga seseorang tidak dipengaruhi. Pengaruh itu berupa hadiah dan hukuman.
2.      Ilmu jiwa kognitif,  beranggapan bahwa belajar adalah hasil dari saling perpaduan antara kegiatan individu terhadap lingkungan dan pada gilirannya nanti pengaruh lingkungan itu membentuk aktivitas individu. Jadi belajar dilihat sebagai kegiatan timbal balik antara siswa dan guru, antara siswa dan lingkungan sekitarnya.
3.      Ilmu jiwa humanisme atau humanistis, beranggapan bahwa belajar adalah hasil dari kemauan individu untuk menemukan tata aturan dalam kehidupan bersama. Belajar dilihat sebagai proses penemuan diri dan bersifat terbuka. Implikasi dari pemahaman konsep seperti ini ialah bila orang belum tahu apa-apa, maka kita harus memberi latihan dan dorongan. Sedangkan bila kita berhadapan dengan orang yang sudah mengetahui, pendekatannya lebih menghargai kemampuan orang yang sudah tahu itu. Sedangkan ilmu jiwa kognitif menganggap bahwa perlu diterapkan perpaduan antara kedua unsur yang saling berbeda. Yaitu disamping pengaruh dari luar dan  ada juga usaha dari dalam diri sendiri. Dengan demikian strategi dasar yang digunakan dalam member supervisi kepada guru-guru menurut Glickman adalah sebagai berikut:
            Bila guru-guru kurang berkualitas maka psikologi yang dipakai adalah behaviorisme dan pendekatannya non directive. Kalau guru-guru dalam keadaan biasa, maka psikologi yang digunakan adalah kognitif dan pendekatan yang dipakai bersifat kolaboratif. Kalau guru-guru sudah professional, maka psikologi yang dipakai ialah humanistis dan pendekatannya non directive. Dengan mengetahui strategi dasar supervisi maka supervisor dapat menemukan langkah yang akurat dan mengenai sasaran supervisi yang dilaksanakan.    
H. Peranan supervisi dan supervisor
            Seorang supervisor dapat dilihat tugas yang dikerjakannya. Suatu tugas yang dilaksanakan memberi status dan fungsi pada seseorang . seorang pemimpin pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor, nampak dengan jelas peranannya. Peranan seorang supervisor ialah menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga guru-guru merasa aman dan bebas, dalam mengembangkan potensi dan daya kreasi mereka dengan penuh tanggungjawab.
I.     Sasaran Supervisi Pendidikan
Supervisi ditujukan kepada usaha memperbaiki situasi belajar mengajar. Yang dimaksud dengan situasi belajar mengajar ialah situasi dimana terjadi proses interaksi antara guru dan murid dalam usaha mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan.  Sedangkan sasaran supervisi sekolah dasar lebih bergantung pada situasi belajar sekolah tersebut. Lebih terbatasnya lagi situasi belajar yang baik. Dalam menganalisis situasi belajar mengajar yang kompleks itu harus diperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi situasi belajar mengajar itu. Sasaran supervisi itu menyangkut dua hal pokok diantaranya: (1) Pembinaan dan peningkatan profesi mengajar. (2) Pembinaan dan peningkatan sikap personal dan professional. Karena sasaran supervisi itu mengenai teknis edukatif maka masalah yang dirumuskan sebagai pertanyaan yang perlu dijawab adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana membantu guru-guru dalam merencanakan, melaksanakaan dan menilai kegiatan program satuan belajar.
2.      Bagaimana membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar guru di kelas.
3.      Bagaimana membantu meningkatkan kegiatan menilai hasil belajar siswa.
4.      Bagaimana membantu seluruh staf sekolah dalam meningkatkan bimbingan penyuluhan termasuk bimbingan karir.
5.      Bagaimana membantu guru dalam meningkatkan kegiatan untuk intrakurikuler, ko kurikuler dan ekstrakurikuler.
Pertanyaan-pertanyaan diatas perlu dijabarkan lebih operasional lagi, sehingga menjadi program-program supervise yang terinci.
J. Hakekat Kegiatan Supervisi di Sekolah
            Banyak ahli telah mendefinisikan dan memberi batasan tentang supervisi pendidikan. Dari beberapa definisi dapat ditarik kesimpulan bahwa: (1) objek kegiatan supervisi adalah guru dalam proses pembelajaran siswa, (2) subjek atau supervisor adalah semua personil sekolah (kepala sekolah, guru, dan tenaga lainnya) yang secara langsung maupun tidak langsung membantu guru untuk memperbaiki proses pembelajaran, (3) kegiatan supervisi dilakukan secara terencana dan merupakan suatu proses yang panjang dan (4) kegiatan supervisi mengarah pada pemecahan masalah dan perbaikan proses pendidikan kea rah yang lebih baik. Kegiatan supervisi tidak keluar dari proses belajar mengajar yang tujuan akhirnya adalah pribadi siswa yang sedang tumbuh dan berkembang menyongsong masa depan. Seorang supervisor harus dapat melihat secara kritis terhadap masalah-masalah yang terkait dengan perbaikan belajar mengajar yang dihadapi oleh guru.  Dalam kegiatan supervisi, yang tampak berinteraksi langsung adalah seorang supervisor – guru – siswa. Namun, jika dianalisis secara lebih dalam di samping melibatkan interaksi langsung antara ketiga komponen tersebut juga melibatkan komponen-komponen lain yang berada di dalam proses tersebut. Komponen-komponen itu antara lain materi pelajaran atau pengalaman belajar yang diberikan oleh guru kepada siswa. Strategi mengajar yang dipilih oleh guru dalam mendidik siswa. Sarana dan prasarana yang tersedia dan digunakan oleh guru untuk mempermudah proses pembelajaran siswa, dan sebagainya.
K. Kemampuan Guru Sekolah Dasar
            Kemampuan guru sekolah dasar dapat dikelompokkan menjadi empat rumpun kompetensi. Pertama, kompetensi penguasaan bidang studi. Kompetensi ini mencakup dua hal, yaitu penguasaan displin ilmu dan penguasaan kurikuler. Penguasaan disiplin ilmu berkaitan dengan subtansi dan metodologi dasar keilmuaan dari materi bidang studi yang diajarkan di sekolah dasar. Penguasaan kurikuler berhubungan dengan pemilihan, penataan, pengemasaan, dan representasi materi bidang studi sesuai dengan kebutuhan belajar subjek didik di sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah.
Kedua, kompetensi pemahaman tentang peserta didik. Kompetensi ini merupakan kemampuan yang harus dimiliki guru dalam memberikan layanan pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan siswa. Guru sebagai pendidik harus memahami dengan baik kondisi awal yang dihadapi peserta didik dan kondisi akhir yang dikehendaki sebagai sasaran pencapaian pendidikan. Pemahaman tentang peserta didik mencakup tiga hal diantaranya yaitu:
1.      Pemahaman terhadap peserta didik sebagai pribadi yang unik dengan segala kelebihan, kekurangan dan kebutuhannya.
2.      Pemahaman terhadap lingkungan keluarga dan social budaya masyarakat tempat dimana peserta didik tumbuh dan berkembang.
3.      Pemahaman terhadap kemajemukan masyarakat.
Ketiga, kompetensi penguasaan pembelajaran yang mendidik. Kompetensi ini menunjuk pada kemampuan pengelolaan pembelajaran yang mendidik dan berorientasi pada peserta didik. Kemampuan ini tercermin dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan memanfaatkan hasil evaluasi pembelajaran secara dinamis untuk membentuk kompetensi peserta didik yang dikehendaki. Dalam hal ini pembelajaran dipandang sebagai suatu proses yangt dinamis untuk memberikan kontribusi dalam mefasilitasi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sebagai manusia dimasa depan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mampu mengambil keputusan, baik yang bersifat situasional maupun transaksional.
Keempat, kompetensi pengembangan kepribadian dan keprofesionalan. Kompetensi ini mencerminkan kemampuan professional guru untuk dapat mengukur, serta mengembangkan kemampuan secara mandiri. Guru sebagai professional yang berkepribadian dalam melaksanakan tugasnya selalu berorientasi pada peserta didik.

L.  Potret Guru yang baik
            Guru yang baik adalah guru yang mencintai  pekerjaannya. Suatu survei telah dilakukan oleh UNESCO untuk mengetahui sosok guru menurut versi anak-anak (siswa) melalui kalimat pendek yang jawabannya ternyata melahirkan sosok guru yang ideal. Sebagai jawabannya dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1.      Siswa senang jika gurunya bisa mengajaknya menyanyi dan bermain bersama, serta mengerti dan mau memahami perasaan dan suasana hati mereka.
2.      Guru yang baik adalah guru yang tidak mendiskriminasikan siswa laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin, kulit outih dan kulit hitam.
3.      Guru yang baika adalah guru yang berusaha memahami siswa dan memberikan yang terbaik untuk siswanya.
4.      Guru yang baik adalah guru yang dapat memenuhi kebutuhan siswa, tidak hanya kebutuhan program pengajaran, tetapi juga kebutuhan lainnya.
5.      Guru yang baik adalah guru yang tidak mengantuk di kelas.
6.      Guru yang baik adalah guru yang memarahi siswanya ketika melakukan kesalahan.
7.      Guru yang baik adalah guru yang senang humor.
8.      Guru yang baik adalah guru yang berpenampilan humor.
9.      Guru yang baik adalah guru yang cakap dan berwawasan luas.
10.  Guru yang baik adalah guru yang bisa menjawab ketika ditanya siswanya.
Dari ungkapan pikiran dan perasaan siswa-siswa tersebut, ada beberapa persamaan mengenai ciri-ciri guru yang baik, diantaranya: bersahabat, mencintai siswanya, mencintai pekerjaannya, memiliki pengetahuan dan kemampuan yang memadai, bisa menjadi teladan bagi siswanya, bisa membantu perkembangan dan pertumbuhan anak.
M.      Beberapa Masalah Guru Sekolah Dasar
            Bertolak dari kompetensi yang harus dimiliki oleh guru dan adanya keinginan kuat untuk menjadi seorang guru yng baik, persoalan guru sekolah dasar (SD) terus menarik untuk dibicarakan, didiskusikan, dan menuntut untuk dipecahkan. Suatu saat, yang dibicarakan adalah masalah pemotongan gaji. Pada saat yang lain lagi, yang dibicarakan adalah tindakan asusila yang dilakukan oleh oknum guru, dan sebagainya. selain itu, ada beberapa berita mengenai menggembirakan tentang guru SD. Misalnya ada olimpiade dan penghargaan untuk guru, pelatihan guru, beasiswa untuk guru yang melanjutkan studi, dan sebagainya. Namun, berita yang menggembirakan itu juga menjadi masalah ketika tidak semua guru turut berpartisipasi dan menjadi pelaku serta tidak  dapat memperoleh manfaat dari program yang menggembirakan itu. Kesemuannya itu menjadi masalah yang harus diketahui dan mendapat perhatian baik oleh guru itu sendiri maupun pihak-pihak lain yang bertanggung jawab.
            Jika dilihat dari sifat masalah yang dikaitkan dengan keterlibatannya dalam proses belajar mengajar, permasalahan guru dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1.    Masalah guru yang terkait langsung dengan proses belajar memngajar
a.    Masalah daalm merumuskan tujuan
Tujuan pembelajaran bukan sekedar rumusan dengan kata-kata yang indah, tetapi harus dapat menjawab masalah pokok terkait dengan konsep ideal yang menjadi tujuan dan pandangan hidup masyarakat. Dalam proses belajar mengajar guru harus merumuskan tujuan secara jelas. Tujuan pembelajaran harus mencakup aspek-aspek yang menurut S. Bloom terdiri atas (1) aspek kognitif (cognitive domain). (2) aspek psikomotorik ( psyichomotoric domain), dan (3) aspek afektif (affective domain).
Dalam proses belajar mengajar, kadang-kadang guru tidak memiliki tujuan yang jelas. Guru mengajar hanya berdasarkan apa yang tertuang di dalam buku paket. Tujuannya hanya mencakup salah satu domain saja. Yang banyak terjadi guru hanya mengajar untuk mencapai tujuan aspek kognitif saja. Begitu juga masih banyak guru yang belum bisa merumuskan tujuan pembelajaran, sehingga rumusan tujuan terkesan bukan tujuan siswa tetapi tujuan guru. Jika dihadapkan pada guru-guru yang demikian, maka jelas mereka memerlukan bantuan dengan supervisi.
b.    Masalah dalam Memilih Metode Mengajar
Metode adalah alat komunikasi antara guru dengan murid pada waktu belajar. Komunikasi itu terjadi melalui penerapan panca indra ( penglihatan, pendengaran, perasaan, perabaan, penciuman dan sebagainya). Banyak metode yang dapat dipilih oleh guru untuk digunakan sebagai alat komunikasi belajar mengajar, diantaranya adalahceramah, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, demonstrasi, kerja kelompok, pemecahan masalah, karya wisata, simulasi, bermain peran, studi kasus dan inkuiri.
Untuk menerapkan dan memilih metode-metode tersebut guru berpegang pada keyakinan bahwa dengan metode yang dipilih tjuan belajar dapat tercapai secara maksimal. Salah satu indikator keberhasilan belajar adalah ditandai oleh berfungsinya semua indra yang dimiliki oleh siswa. Oleh karena itu, guru dapat mengkombinasikan beberapa metode untuk diterapkan dalam satu paket pembelajaran. Pada sekolah-sekolah konvensional, kebanyakan guru lebih memilih metode ceramah untuk mendominasikan kegiatan belajar mengajar. Padahal sebagai rambu-rambu, metode ceramah hanya bisa efektif untuk digunakan sebagai metode mengajar ( khususnya untuk anak-anak) jika tidak lebih dari 15 menit. Oleh karena itu, jika metode ceramah dipilih, maka hendaknya dikombinasi dengan metode-metode yang lain.
c.    Masalah Dalam Menggunakan Sumber Belajar
Siswa belajar dengan menggunakan sumber. Model belajar yang tradisional hanya mengandalkan pada sumber yang berasal dari guru. Sumber belajar tidaklah hanya guru tetapi ada banyak sumber yang dapat dimanfaatkan untuk pengalaman belajar. Sumber-sumber itu ada yang sengaja direncanakan (by design) misalnya buku, jurnal, peta, alat-alat perpustakaan dan sebagainya. ada juga sumber yang tidak disengaja direncanakan tetapi dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran (by urilization). Sumber-sumber ini sudah ada di lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik misalnya perkebunan, sawah, sungai, pelabuhan, danau, gunung dan sebagainya. sedangkan lingkungan sosial dapat berupa sumber orang seperti dokter, petani, pedagang dan sebagainya dan dapat pula berupa tempat sosial seperti pasar, puskesmas, rumah sakit, masjid, kantor pos dan sebagainya.
d.   Masalah Dalam Membuat dan Menggunakan Alat Peraga
Alat peraga dapat pula disebut denan AVA (Audio Visual Aids). Alat peragga digunakan sebagai pembantu untuk memudahkan proses terjadinya pengalaman belajar secara maksimal. Menurut bentuknya alat peraga dapat berupa media dua dimensi, yaitu (1) alat yang terletak pada suatu bidang datar, misalnya peta, gambar, grafik, bagan dan sebagainya. dan (2) media tiga dimensi, yaitu alat yang mempunyai ukuran panjang, lebar, tinggi, misalnya globe, buku, model tiruan dan sebagainya.
Menurut fungsinya, alat peraga bisa dikelompokkan menjadi tiga yaitu: (1) auditif, yaitu alat yang digunakan dengan cara mendengarkan, misalnya radio dan tape recorder (2) visual, yaitu alat yang digunakan dengan cara melihat, misalnya gambar dan (3) audio visual, yaitu alat yang digunakan dengan cara mendengarkan dan melihat, misalnya televisi. Guru dapat memilih dan menggunakan alat peraga yang sudah jadi (tinggal membeli) yang dijual di toko-toko. Namun, jika guru tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli, ia dapat membuat sendiri alat peraga yang sederhana, misalnya gambar, grafik, model tiruan, dan sebagainya.
e.    Masalah Dalam Merencanakan Program Pengajaran
Setiap guru harus program pengajaran. Program pengajaran dapat disusun dan direncanakan berdasarkan waktu pelajaran, yaitu program tahunan, semester, bulanan, mingguan dan harian. Program pengajaran hendaknya dikembangkan berdasarkan kurikulum dan ditulis dengan sistem dan format yang disepakati bersama oleh seluruh guru, sehingga memudahkan kepala sekolah untuk melakukan pengecekan dan penilaian.
f.     Masalah Dalam Merencanakan dan Melaksanakan Evaluasi
Untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa, guru harus melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar secara kontiyu. Untuk itu guru harus menyusun program dan alat evaluasi yang tepat. Berdasarkan waktu pelaksanaannya, ada beberapa jenis evaluasi, yaitu: (1) evaluasi harian, yang dilakukan bersamaan dan setelah selesai satu paket proses belajar mengajar, (2) evaluasi formatif, yang dilakukan setelah selesai proses belajar mengajar dalam satu pokok bahasan, (3) evaluasi tengah semester, yang dilakukan setelah proses belajar mengajar dalam separoh program semester, (4) evaluasi semester, yang dilakukan setelah selesai proses belajar mengajar dalam satu semester, dan (5) evaluasi akhir, yang dilakukan setelah selesai proses belajar mengajar dalam satu jenjang sekolah.
Dilihat dari cara melakukan, ada beberapa jenis evaluasi, yaitu: evaluasi tulis, dengan cara lisan, dan cara perbuatan atau porto folio. Sedangkan dilihat dari bentuk alat evaluasi, ada dua kelompok alat evaluasi, yaitu (1) evaluasi dengan tes, yang terdiri atas tes objektif ( yaitu tes yang jawabannya sudah disediakan, dan siswa tinggal memilih jawaban yang cocok) dan tes subjektif yaitu tes yang jawabannya belum disediakan, dan (2) evaluasi dengan nontes yang terdiri dari wawancara, observasi, angket, simulasi dan sosiometri.
g.    Masalah Dalam Memahami dan Mengenal Karakteristik Siswa
Guru adalah orangtua kedua bagi siswa. Untuk dapat memenuhi kebutuhan siswa, ia harus memahami dan mengenali karakteristik siswanya. Siswa pada dasarnya anak yang sedang tumbuh dan berkembang. Setiap siswa memiliki kebutuhan dan keunikan sendiri-sendiri. Untuk mengetahui karakteristik siswa guru dapat melakukannya dengan cara:
1.                  Wawancara,baik langsung kepada siswa maupun orang-orang di sekitarnya,misalnya orang tua,teman dekat,tetangga,dan sebagainya.
2.                  Observasi,baik observasi tingkah lakunya ketika di sekolah,maupun sesekali observasi dengan kunjungan ke rumah.
3.                  Pertemuan dengan orang tua untuk mendapatkan informasi yang timbal balik tentang siswa.
4.                  Catatan anekdot.yaitu melakukan pencatatan terhadap kejadian-kejadian (yang tidak biasanya) yang dilakukan oleh siswa.
5.                  Studi kasus,yaitu mempelajari masalah yang dihadapi oleh siswa (terutama siswa yang bermasalah).
6.                  Sosimetri,yaitu kegiatan untuk mengetahui hubungan sosial antar siswa.
7.                   Otobiografi,yaitu mempelajari sejarah singakat riwayat hidup siswa.
h.    Masalah Dalam Membina Moral Kerja
         Moral kerja merupakan landasan yang harus dimiliki oleh setiap guru. Moral kerja ini biasanya ditunjukkan dalam bentuk ucapan,perbuatan,dan sikap dalam melakukun kerja. Sebagian besar idikator moral kerja guru biasanya dikemas dalam bentuk kode etik jabatan guru. Tanda-tanda guru yang bermoral kerja baik antara lain:
1.    Berdisiplin;yaitu taat terhadap peraturan,tidak terlambat,masuk kerja secara rajin (tidsk meninggalkan tugas kecuali sangat terpaksa).
2.    Bertanggung jawab;yaitu selalu menyelesaikan tugas dengan baik.
3.    Jujur;yaitu selalu menempati janji.
4.    Berpenampilan baik dan sopan.
5.    Memiliki jiwa suka menolong.
2. Masalah Pribadi Guru Secara Tidak Langsung Mempengaruhi Tugas                        Mengajar 
a. Masalah Dalam Latar Belakang Sosial-Ekonomi
Kondisi yang melekat pada guru dan profesinya membuat kita berpikir betapa tidak sederhana memecahkan persoalan yang berkaitan dengan guru yang terlibat di dalamnya. Salah satu persoalan yang dihadapi oleh guru-guru adalah semakin rendahnya sosial-ekonomi mereka. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Tjiptosasmito dan William Cummings (dalam Supriadi,1999) ditemukan bahwa guru-guru yang berusia tua umumnya datang dari tingkat sosial ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan denagan guru-guru yang berusia muda.Indikator tingkat sosial ekonomi adalah tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan orang tua dari para guru.
Pergeseran latar belakang sosial ekonomi asal guru itu mempunyai kaitan dengan hal-hal berikut: motivasi memilih profesi guru,kualitas guru,martabat guru yang berkaitan dengan penghargaan masyarakat,wibawa guru,dan sebagainya,yang muara akhirnya berimplikasi pada mutu pendidikan secara keseluruhan.
b. Masalah Dalam Kesehatan
Guru umumnya memiliki gaji yang standar sesuai tingkat latar belakang pendidikan. Guru-guru di tingkat sekolah dasar umumnya digaji dengan jumlah yang hanya cukup untuk kebutuhan pokok sehari-hari.Untuk menambah makanan tamabahan,umumnya guru-guru tidak  memiliki uang yang cukup.Belum dengan bertambahnya usia yang semakin tua,anak semakin membesar,maka kebutuhan hidup seorang guru semakin banyak, pada hak kondisi fisik semakin berkurang dan bermacam-macam penyakit mulai dirasakan.Jika keadaannya demikian,bukan tidak mungkin kalau guru sering tidak masuk kerja karena sakit, tidak energik atau “ loyo”,dan pada akibatnya tidak bisa melaksanakan tugas mengajar dengan baik.
c.    Masalah Dalam Transprotasi
 Sebagian besar jumlah sekolah dasar terletak di daerah pedesaan, dimana transportasi tidak tersedia secara memadai. Bahkan beberapa sekolah terletak di daerah terpencil yang nyaris hanya bisa dijangkau dengan jaln kaki dalam waktu beberapa jam. Semantara,sebagian guru (terutama guru yang berasal dari luar daerah) merasa tidak kerasan jika harus tinggal di daerah pedalaman.Ia mencari tempat tinggalyang banyak keramaian yang jaraknya cukup jauh dari tempat tugas mengajar. Sebaliknya,guru di daerah kota besar walaupun didukung banyak alat transpotasi, tapi masalah kemacetan jalan atau antri penumpang secara tidak langsung juga akan berakibat mempengaruhi keberhasilan dalam melaksanakan tugas mengajar.
d.   Masalah Dalam Orientasi Pekerjaan
 Jabatan guru secara hakiki adalah suatu panggilan hati untuk melayani anak. Mengajar dan mendidik adalah suatu pekerjaan yang bersifat sosial yaitu membatu anak-anak orang lain. Suatu pandangan yang keliru sering dihadapi oleh para guru ialah mereka tergoda denagan orientasi bisnis dalam melaksanakan tugas mengajar. Segala keberhasilan diukur dengan keuntungan dalam bentukmaterial. Jika demikian,guru tidak dapat melaksanakan tugas mengajar secara total yang mencurahkan seluruh waktu,jiwa dan raganya untuk pelayanan umat, dan pada akhirnya berdampak pula pada keberhasilan proses belajar mengajar.
e.    Masalah Dalam Status Keluarga
Status guru dalam sistem kekeluargaan dan kekerabatan yang dimiliki kadang-kadang juga menjadi sumber masalah yang dapat mempengaruhi keberhasilannya dalam melaksanakan tugas.Perceraian dalam keluarga sering menjadi sumber masalah,karena suami atau istri secara sendiri-sendiri menjadi “single parent” bagi anak-anaknya.Pada daerah dengan adat dan budaya tertentu,guru yang berstatus sebagai anak pertama (sulung) dalam sistem kekerabatan biasanya dibebani untuk membantu menanggung adik-adiknya.Sebaliknya,jika kebetulan berstatus sebagai anak terakhir (bungsu), dimana orang tua sudah cukup tua,ia harus merawat orang tuanya.Masalah-masalah dalam status keluarga yang demikian ini tidak jarang berdampak pada keberhasilan guru dalam  melaksanakan tugas mengajar di sekolah.
f.     Masalah Dalam Kondisi Psikologis
Setiap guru memiliki kondisi psikologis yang unik. Kondisi psikologis ini di samping dipengaruhi oleh faktor lingkungan,juga dipengaruhi oleh faktor genetis (pembawaan). Temperamen dan tipologi yang banyak bersumber dari faktor pembawaan sangat berpengaruh pada perilaku seseorang. Guru-guru yang memiliki tempramen cenderung suka marah, emosional sangat mempengaruhi perilakunya ketika berhadapan dengan siswa. Begitu juga guru-guru yang memiliki kemampuan dasar (inteligensi) yang rendah juga sangat menentukan keberhasilan dalam melaksanakan tugas.

N.   Supervisi sebagai Alat Pembinaan dan Pengembangan Guru
           Dalam uraian terdahulu, guru merupakan titik sentral yang langsung berhubungan dengan peserta didik. Kualitas guru sangat menentukan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Sementara,perlu disadari bahwa guru memiliki banyak kekurangan. Guru memiliki banyak keterbatasan,ia bukanlah orang yang ahli di segala bidang. Guru jugabanyak memiliki masalah,baik masalah yang berkaitan langsung dengan pekerjaan dan jabatan maupun berkaitan dengan pribadi, keluarga, dan sosial. Oleh karena itu, guru membutuhkan bantuan orang lain yang mempunyai pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman yang cukup memadai berkaitan dengan tugas pendidikan dan pengajaran. Guru membutuhkan bantuan untuk dapat memahami dan menganali karakteristik siswanya secara baik. Guru membutuhkan bantuan untuk dapat memilih dan menggunakan metode yang lebih modern.Guru membutuhkan bantuan untuk dapat mencari dan menggunakan alat peraga yang inovatif,dan sebagainya.
        Guru membutuhkan bantuan dari orang yang dekat dengan dirinya dan memiliki kelebihan. Guru membutuhkan bantuan dari sesama rekan guru yang memiliki kelebihan. Guru membutuhkan bantuan dari kepala sekolahnya, dan guru membutuhkan bantuan pengawas sekolahnya yang secara truktural dianggap memiliki kelebihan dari dirinya. Orang yang berfungsi memberi bantuan kepada guru-guru ke arah usaha pemecahan dan perbaikan kualitas proses belajar mengajar itulah yang dapat disebut sebagai “ supervisor”. Pekerjaan member bantuan itu sendiri disebut “supervisi”, dan cara-cara memecahkan masalah atau memberi bantuan itu disebut dengan “ teknik supervisi”.
BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan, perkembangan perkembangan guru-guru, merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran, metode mengajar dan evaluasi pengajaran. Sedangkan Supervisi pendidikan juga hampir sama dengan pengertian supervisi yaitu member batasan sebagai segenap usaha dari para pengelola atau pimpinan sekolah dalam upaya memimpin guru-guru dan petugas lainnya. Dalam supervisi pendidikan terdiri dari beberapa bagian yang harus dipelajari diantaranya yaitu tujuan, fungsi, tata cara, prinsip, teknik, strategi sasaran dan hakekat. Selain itu, supervisi pendidikan juga mengetahui kemampuan guru sekolah dasar yang akan di supervisi, mengetahui potret guru yang baik, mampu menyelesaikan beberapa masalah guru sekolah dasar dan menjadikan supervisi sebagai alat pembinaan pengembangan guru. Jadi peran supervisi pendidikan itu sangat penting dalam proses menuju pensisikan yang lebih baik lagi.
B.  Saran
Sebaiknya supervisi pendidikan yang ada di sekolah dasar lebih ditingkatkan lagi kualitasnya dan sebagai supervisor harus mampu memotivasi guru-guru sekolah dasar agar lebih memperbaiki kemampuannnya dalam mengajar. Apabila dalam menjalankan supervisi pendidikan guru-guru mengalami masalah, supervisor harus mampu memberikan solusi yang dapat menyelesaikan masalah tersebut.
DAFTAR RUJUKAN

Burhanuddin. 2007. Supervisi Pendidikan dan Pengajaran. Malang:           Rosindo Malang.
Burhanuddin, Yusak. 1998. Administrasi Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Indrakusuma, Amier Daien. 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan. Malang:       Usaha Nasional
Sahertian, P.A dan Mataheru. 1982. Prinsip dan Tehnik Supervisi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Tim dosen jurusan administrasi pendidikan. 1998. Administrasi Pendidikan. Malang: IKIP Malang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2009. Bandung: Citra Umbarawa Bandung.
Wijono. 1989. Administrasi dan supervisi pendidikan. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar